Pages

Tuesday, 21 March 2017

RINDU

Detik ini. Saat ini. Saya Rindu

Rindu ayah...

(Long Distance by Brandy playing)



MEMORIES

Sudah 6 tahun berlalu sejak kepergian ayah saya tercinta..

This long distance is killing me...

Ya Ayah, 
Begitu sedihnya saya ketika teringat beliau hingga tak dapat menahan air mata setiap kalinya.

Masih teringat hari itu ketika Ayah mengantar saya ke beberapa butik untuk melihat-lihat pakaian pesta. Saat itu saya belum menikah, baru saja bekerja, jadi masih sangat mengandalkan beliau untuk menemani saya (yang belum bisa menyetir mobil sendiri) ketika itu.

Masih teringat pula ketika Ayah mengantar saya interview di Elnusa (itupun saya bisa interview berkat koneksi Ayah) walaupun saya gagal diterima bekerja di sana 😊

Ayah adalah orang yang saya ajak untuk membeli mobil pertama saya. Saya masih cukup ingat raut wajah excited Ayah saat membantu saya memilih mobil. Bahkan Ayah yang mencobanya sendiri dan memastikan mesin dan lain-lainnya masih bagus.

Ayah,
Banyak sekali hal yang beliau lakukan secara sengaja maupun tidak sengaja yang membuat saya sampai saat ini tak dapat lupa sedikitpun.

Walaupun beliau bukan Ayah yang 'sangat sempurna', tetapi tentu saya sangat menyayanginya lebih dari apapun.

Berikut hal-hal favorit Ayah :

  1. Andy Williams dan seluruh karyanya.
  2. Lagu-lagu evergreen love songs.
  3. Teknologi (Ayah sangat mengikuti perkembangan teknologi).
  4. Quotes indah dan berbagai puisi.
  5. Bermain piano.
  6. Otomotif.
Dan masih banyak sekali hal-hal lain yang Ayah sukai..

Andy Williams sudah menjadi bagian dari hidup saya sejak kecil sehingga sampai detik ini saya sangat akrab dengan karya-karyanya, thanks to Ayah.

Ayah bekerja di perusahaan multinasional sehingga ia cukup sering bepergian baik ke dalam maupun luar negeri. Saya ketika kecil sangat gembira dan berbinar-binar ketika beliau tiba dirumah dan membuka kopernya. Tentunya mengharap cinderamata yang dibawanya khusus untuk saya. Anak perempuan semata wayangnya.

Masih lekat sekali di ingatan saya harum khas koper beliau yang baru diturunkan dari taxi.  Aromanya kira-kira seperti AC yang sangat dingin bercampur aroma softener baju. Bentuknya pun saya masih ingat betul. Tas Ayah (sepertinya lebih pas disebut tas) berbentuk persegi panjang, terbuat dari kain kanvas tebal, berwarna paduan abu-abu dan hitam, bertuliskan 'SCHLUMBERGER' (nama perusahaan tempatnya bekerja) berwarna putih, lengkap dengan gembok kecilnya yang berwarna keemasan.

Cinderamata yang paling saya sukai adalah ketika Ayah membawa burung mainan yang bisa 'bicara' atau lebih tepatnya ada recorder di dalamnya sehingga bisa meniru apabila kita bicara. Mainan itu sangat hip pada zamannya. Ayah membelinya ketika bertugas di pulau Batam. Mungkin hampir mirip dengan mainan Talking Tom ya pada saat ini...

Ayah paham kalau saya dulu sangat menyukai korespondensi, saya suka berkirim surat dengan teman-teman yang tersebar di beberapa kota, bahkan saya sering mengirim fax ke MTV Asia sekedar hanya untuk request lagu atau mengirimkan salam ke beberapa VJ nya. 
Jadi, Ayah setiap kali dinas bekerja kemanapun selalu membawa map hotel yang berisi kartu pos, kertas surat, amplop, dan pensil berlogo hotel tempatnya menginap. Karena saya mengoleksinya dan sering saya gunakan untuk berkorespondensi. Dulu kelihatannya cukup keren apabila mengirim surat menggunakan kertas surat berlogo hotel berbintang 5, terutama hotel luar negeri ya.. 😜

Zodiak kami sama, Picses. Mungkin karenanya kami memiliki banyak sekali kesamaan. Diantaranya bersifat melankolis, menyukai seni, cukup sensitif, dan terkadang aneh.. hehehe.



I WILL NOT FORGET THAT DAY

Saya tak akan lupa hari itu, saya tak akan pernah lupa sampai kapanpun hari dan detik itu ketika beliau dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. 

Saya sedang menyetir mobil menuju rumah sakit untuk menjenguk Ayah yang mendadak dirawat sejak pagi pada hari itu. Lalu tiba-tiba ponsel saya berdering dan terdengar kabar buruk...

Saya langsung meminggirkan mobil dan berhenti untuk menangis meraung-raung selama kurang lebih setengah jam. That was the WORST day of my life. The day i LOST him.

Setelah setengah jam, saya mulai mengumpulkan keberanian, menghadapi kenyataan, mencoba mengumpulkan hati saya, dan melanjutkan perjalanan menuju rumah untuk mengambil pakaian sebelum saya ke rumah Ayah.

Belum sempat saya say goodbye, belum sempat say i love you, belum sempat SAMA SEKALI saya membahagiakan Ayah. Membalas jasanya selama ini. Begitu cepatnya ia dipanggil...


Below was my facebook status from July 2011 :

"U know what dad.. I felt screwed up this nite.. I cried all nite and I miss u so bad.. I wish u here 2 wipe my tears out.. Evrytime I sad I always remember u and ur jokes.. I miss ur phone, ur text... I miss disturbing u for pick me up from somewhere or just for go to somewhere unnecessary.. Yeah.. I know u tired but u always there 4 me.. Always say yes even if u don't wanna.. For God sake I miss u so much.. Sometimes I get angry, why Allah took u from me this soon?!! But I finally know u must be happy up there.. Pls hug me dad.. I need u now.." :'(


Wisuda S1, ayah masih bersama kami :)

Someone said that time will ease the pain,
or time will heal all the wounds and broken heart,

But i don't believe it,
i believe its only a myth,
Time WILL NEVER HEAL my broken heart...


(Kira-kira sudah 20 lembar tissue saya habiskan untuk menghapus air mata saat menulis post ini😭 )

Tuesday, 14 March 2017

Besties


Travelling. Taking Selfies. Shopping. Culinary







As simple as that...


Tidak jauh-jauh dari hal itu memang kebiasaan saya bersama teman-teman.
Bisa dibilang semakin tua  bertambah usia, maka teman-teman saya jauh berkurang dibanding ketika saya masih berusia belia dulu. Hanya beberapa orang saja yang cukup dekat dengan saya. Salah duanya adalah teman karib saya, Vinca dan Desi. Mereka berdua sudah menjadi teman baik saya sejak zaman kuliah di Moestopo.

Awal kenal dengan Vinca adalah ketika perkuliahan, kami kebetulan satu kelas, dan bersama beberapa teman lainnya kami cukup dekat sampai saat ini. Lalu, Desi adalah kawan baik dari Vinca.. jadi sebelumnya kami adalah mutual friend. 



Yang  membuat saya, Desi, dan Vinca 'lebih' dekat beberapa waktu ke belakang adalah adanya satu issue yang cukup menghentak (apasih..hahahah) jadi kami cukup intens melakukan komunikasi karenanya.



Kami bertiga lebih dari cukup untuk menggambarkan pluralisme.

Pertama, saya dan Desi adalah muslim, sementara Vinca beragama Nasrani.
Kedua, saya berasal dari Jawa Tengah tulen yang budayanya berbeda 180 derajat dengan Desi dan Vinca yang berdarah Sumatera.
Ketiga, dari segi pekerjaan. Desi adalah seorang konsultan SAP handal , Vinca pun bersifat penuh kesabaran sesuai dengan bidang pekerjaannya yang berhadapan dengan anak-anak pre-school setiap hari sebagai guru. Sedangkan saya sebagai seorang asisten pribadi dan dosen. Betul-betul tidak ada yang sejalan ya? πŸ˜ƒ

Ya, benar-benar berbeda kan?

Tetapi buktinya kami sahabat baik! sampai detik ini...πŸ’– πŸ’–


Perbedaan-perbedaan itu seharusnya kita syukuri dan disikapi sebagai sarana untuk melatih diri menjadi lebih rendah hati. Bukan menjadi sesuatu yang berarti.

Pluralisme yang belakangan ini digadang-gadang oleh sebagian besar buzzer atau para penyeru negative campaign untuk memecah belah anak bangsa.

Apa kita mampu menyamai Moh. Yamin and the gank untuk merumuskan Sumpah Pemuda ? tentu TIDAK bukan?

Sebelumnya saya pernah post di akun sosial media saya :


















Baiklah...



Mari kembali kepada inti cerita ini, saya bersama Vinca dan Desi walaupun tinggal tak terlalu berjauhan ya, saya di Karawaci, Vinca di Bintaro, dan Desi di Bandung. Tetapi kesibukan masing-masing membuat waktu bertemu pun agak sulit diatur. Terutama ibu-ibu tulen seperti saya yang harus membagi waktu antara bekerja kantoran, mengurus anak, kuliah, dan mengajar (curhat dikit..).
Jadi, di sela-sela kesibukan ini kami berusaha mengatur waktu untuk berlibur bertemu.

Sejak dua tahun lalu, karena kami sama-sama menyukai trilogi "Fifty Shades of Grey", maka kami memutuskan untuk menonton film tersebut. Karena film itu tidak akan tayang di Indonesia sampai kapanpun, maka kami memutuskan untuk menonton FSOG diluar, dimana lagi yang terdekat selain Singapura?. Sejak itulah wacana menonton FSOG kami agendakan menjadi rutin. Kebetulan film kedua di rilis dua tahun setelah film yang pertama.

Berikut dokumentasi pada 'ritual' kami yang kedua 


 
Gadis bunga




Percayalah, ini hanya akting.. 



Setelah waiting list yang hampir 1 jam di Cafe ala Harpot ini


As long as i remember, this was a cup of jasmine tea with a twist 😝


Three kiddos in the SEAπŸ˜‚

Well you came and opened me
And now there's so much more I see
And so by the way I thank you
And then for the times when we're apart
Well then close your eyes and know
These words are coming from my heart
And then if you can remember



Keep smilin', keep shinin'
Knowing you can always count on me for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for


xoxo