Travelling. Taking Selfies. Shopping. Culinary
As simple as that...
Tidak jauh-jauh dari hal itu memang kebiasaan saya bersama teman-teman.
Bisa dibilang semakin tua bertambah usia, maka teman-teman saya jauh berkurang dibanding ketika saya masih berusia belia dulu. Hanya beberapa orang saja yang cukup dekat dengan saya. Salah duanya adalah teman karib saya, Vinca dan Desi. Mereka berdua sudah menjadi teman baik saya sejak zaman kuliah di Moestopo.
Awal kenal dengan Vinca adalah ketika perkuliahan, kami kebetulan satu kelas, dan bersama beberapa teman lainnya kami cukup dekat sampai saat ini. Lalu, Desi adalah kawan baik dari Vinca.. jadi sebelumnya kami adalah mutual friend.
Yang membuat saya, Desi, dan Vinca 'lebih' dekat beberapa waktu ke belakang adalah adanya satu issue yang cukup menghentak (apasih..hahahah) jadi kami cukup intens melakukan komunikasi karenanya.
Kami bertiga lebih dari cukup untuk menggambarkan pluralisme.
Pertama, saya dan Desi adalah muslim, sementara Vinca beragama Nasrani.
Kedua, saya berasal dari Jawa Tengah tulen yang budayanya berbeda 180 derajat dengan Desi dan Vinca yang berdarah Sumatera.
Ketiga, dari segi pekerjaan. Desi adalah seorang konsultan SAP handal , Vinca pun bersifat penuh kesabaran sesuai dengan bidang pekerjaannya yang berhadapan dengan anak-anak pre-school setiap hari sebagai guru. Sedangkan saya sebagai seorang asisten pribadi dan dosen. Betul-betul tidak ada yang sejalan ya? 😃
Ya, benar-benar berbeda kan?
Tetapi buktinya kami sahabat baik! sampai detik ini...💖 💖
Tetapi buktinya kami sahabat baik! sampai detik ini...💖 💖
Perbedaan-perbedaan itu seharusnya kita syukuri dan disikapi sebagai sarana untuk melatih diri menjadi lebih rendah hati. Bukan menjadi sesuatu yang berarti.
Pluralisme yang belakangan ini digadang-gadang oleh sebagian besar buzzer atau para penyeru negative campaign untuk memecah belah anak bangsa.
Apa kita mampu menyamai Moh. Yamin and the gank untuk merumuskan Sumpah Pemuda ? tentu TIDAK bukan?
Sebelumnya saya pernah post di akun sosial media saya :
Baiklah...
Mari kembali kepada inti cerita ini, saya bersama Vinca dan Desi walaupun tinggal tak terlalu berjauhan ya, saya di Karawaci, Vinca di Bintaro, dan Desi di Bandung. Tetapi kesibukan masing-masing membuat waktu bertemu pun agak sulit diatur. Terutama ibu-ibu tulen seperti saya yang harus membagi waktu antara bekerja kantoran, mengurus anak, kuliah, dan mengajar (curhat dikit..).
Jadi, di sela-sela kesibukan ini kami berusaha mengatur waktu untuk berlibur bertemu.
Sejak dua tahun lalu, karena kami sama-sama menyukai trilogi "Fifty Shades of Grey", maka kami memutuskan untuk menonton film tersebut. Karena film itu tidak akan tayang di Indonesia sampai kapanpun, maka kami memutuskan untuk menonton FSOG diluar, dimana lagi yang terdekat selain Singapura?. Sejak itulah wacana menonton FSOG kami agendakan menjadi rutin. Kebetulan film kedua di rilis dua tahun setelah film yang pertama.
Berikut dokumentasi pada 'ritual' kami yang kedua
Gadis bunga |
Percayalah, ini hanya akting.. |
Setelah waiting list yang hampir 1 jam di Cafe ala Harpot ini |
As long as i remember, this was a cup of jasmine tea with a twist 😝 |
Three kiddos in the SEA😂 |
Well you came and opened me
And now there's so much more I see
And so by the way I thank you
And then for the times when we're apart
Well then close your eyes and know
These words are coming from my heart
And then if you can remember
Keep smilin', keep shinin'
Knowing you can always count on me for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for
xoxo
No comments :
Post a Comment